KHARTOUM-Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Internasional pada tanggal 24 Januari, Perhimpunan Pelajar Putri Indonesia Sudan (PPPI Sudan) bekerjasama dengan Kementrian Pendidikan Perguruan Tinggi Sudan dan KBRI Khartoum sukses menggelar acara “Educational and Cultural Festival” pada hari Ahad (23/1).
Menempuh pendidikan di negara Afrika tidaklah mudah. Banyak sekali rintangan yang dihadapi, mulai dari situasi politik di negaranya, hingga sistem pendidikannya. Dari sinilah muncul keresahan untuk mengadakan suatu konferensi, dengan tujuan membahas sistem pendidikan di negara Sudan khususnya.
Acara ini menghadirkan Dr. Ali Hammud Ali Muhammad yang merupakan Guru Besar Fakultas Pendidikan di University of Khartoum dan Dr. Thahir Mustafa (Dekan Faculty of Education) International University of Afrika sebagai pemateri. Serta Habiburrahman El-Shirazi Al-Azhari, sebagai Keynote Speaker yang disampaikan melalui video.
Dengan tujuan membangun bersama kesadaran akan pentingnya peran pendidikan, seta memperbaiki kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa, khususnya di Sudan. Acara yang digelar di Conference Hall, Ministry of Higher Education and Scientific Research ini diawali dengan seminar pendidikan dengan mengambil tema yang bertajuk "Mengenal Ekosistem Pendidikan dari Berbagai Negara di Era Milenial". Selain itu juga menampilkan pertunjukan budaya khas Indonesia seperti Angklung Ananta, Tari Saman, Hadrah Muslimat NU Sudan dan Pencak Silat Aisyiah Sudan.
Sebelumnya, Ketua PPPI Sudan Mala Himmah Ulya dan rekannya melakukan kunjungan dan audiensi di kantor Kementrian untuk menjalin silaturahmi dan menyampaikan permohonan kerja sama. Setelah beberapa hari, akhirnya mendapat respon dan sambutan baik dari pihak Kementrian. Panitia Educational and Cultural Festival, yang di ketuai oleh Atikal Maula mengirimkan proposal dan mempresentasikannya di Kantor Kementrian untuk menggelar acara ini.
"Acara ini merupakan kali pertama acara yang diselenggarakan Mahasiswa asing yang sedang belajar di Sudan, bekerjasama dengan Kementrian." tutur Mohammed Rasyed sekretaris Menteri.
Pada kesempatan ini, terdapat dua sesi. Sesi pertama yaitu penyampaian materi dan tanya jawab. Sesi Kedua yakni diskusi panel dengan beberapa panelis para mahasiswi dari berbagai negara seperti Kenya, Palestina, Uganda, dan Indonesia yang di wakili Afina Fauziyah.
"Disini kita berdiskusi dan sharing tentang sistem pendidikan di negara kita masing-masing. semoga apa-apa yang baik dapat diaplikasikan". Tutur Atikal Maula.
"Pendidikan adalah fondasi bagi kemajuan sebuah bangsa. Sumber daya manusia yang akan mengatur, dan mengolah sumber daya alam yang ada" imbuhnya.
Perhimpunan Pelajar Putri Indonesia Sudan (PPPI Sudan) mengambil inisiatif mengadakan agenda ini, dengan harapan semoga dapat menjadi jembatan kebaikan untuk memicu semangat Mahasiswa untuk lebih bersungguh-sungguh. juga dengan harapan sistem pendidikan Sudan dan negara-negara yang hadir, dapat lebih berinovasi dan kreatif di era milenial ini. Serta mampu mengaplikasikan ilmu yang di dapat di kehidupan, dan memberikan sumbangsih nyata untuk negara.
Mala Himmah Ulya Ketua PPPI Sudan menyampaikan dengan tujuan yang sama, "melihat situasi politik Sudan yang belum stabil, karena kita belajar di negara ini dan kita sedang mengkonsumsi kebijakan pemerintahanny. kami berharap ini sebagai upaya kecil untuk sistem pendidikan Sudan kedepannya semakin baik."
Festival Pendidikan dan Budaya ini juga menggelar stand untuk makanan khas Indonesia. Beraneka ragam makanan khas Indonesia, yang dijual pengusaha mikro mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Sudan laris manis diserbu peserta asing yang hadir.
"Tidak hanya berhenti di seminar, goals dari acara ini adalah kami akan menuliskan journal hasil pembahasan dan kesimpulan untuk kemudian kami serahkan ke kantor Kementrian Kemendikti" ujar Mala Himmah Ulya Ketua PPPI Sudan.
Kegiatan ini dipungkasi dengan foto bersama.